loading...
RADARKAMPUS.COM I Tepat
di hari Selasa tanggal 22 Desember 2015, warga seantera negeri memperingati
hari ibu. Hari untuk mengenang jasa-jasa seorang perempuan yang diberikan oleh
Tuhan sebagai malaikat di dunia ini. Awal mula terbentuknya hari ibu yaitu
adanya sejumlah pejuang perempuan dari 12 kota di tanah Jawa dan Sumatera
mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta. Dalam kongres tersebut,
mereka menyatukan pikiran dan semangat untuk ikut berjuang merebut kemerdekaan
serta perbaikan nasib kaum perempuan di Nusantara ke depan. Dari upaya
penyatuan cita-cita itu diputuskan beberapa poin penting. Salah satunya adalah
membentuk Kongres Perempuan yang kemudian dikenal dengan nama Kongres Wanita
Indonesia (Kowani). Namun penetapan Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember tidak
diputuskan saat itu juga, melainkan pada 1938 atau tepatnya dalam Kongres
Perempuan Indonesia III. Penetapan Hari raya nasional itu diilhami perjuangan
para pahlawan perempuan yang hidup di abad ke-19. Diantaranya adalah R.A.
Kartini, Cut Nya Dien, M. Christina Tiahahu, Walanda Maramis, Dewi Sartika,
Rangkayo Rasuna Said , Nyai Achmad Dahlan, dan Cut Mutiah. Dalam setiap
kongres, mereka banyak membahas berbagai isu yang berkembang di dalam negeri.
Diantaranya yakni keterlibatan perempuan memperjuangkan kemerdekaan, hingga
pelibatan perempuan pada berbagai aspek pembangunan pasca kemerdekaan. Salah
satu pencapain dari cita-cita para kaum feminis itu terwujud pada 1959.
Soekarno yang saat itu menjabat Presiden Indonesia akhirnya menetapkan bahwa 22
Desember sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959. Setelah
itu, perjuangan Kowani di masa pembangunan lebih banyak menyoal perdagangan
anak-anak dan perempuan, hingga pernikahan usia dini kaum perempuan. Selain
itu, masalah kesehatan para ibu dan gizi para balita juga terus dikaji dalam
kongres itu.
Dalam era ini, hari
ibu lebih dimaknai sebagai hari mengenang jasa seorang ibu dan hari untuk
mencurahkan kasih sayang kepada ibu. Pergeseran itu disebabkan beberapa faktor,
antara lain, pertama, tidak memahami sejarah penetapan hari ibu. Kedua, faktor
penamaan “hari ibu”. Ketiga, adanya pengaruh “kebarat-baratan”. Seperti telah
diuraikan sebelumnya, bahwasannya hari ibu merupakan tonggak pergerakan
perempuan yang diawali dengan adanya Kongres Perempuan Indonesia I di
Yogyakarta. Pergerakan perempuan ini mempunyai tujuan untuk menghimpun para
tokoh perempuan agar berperan serta dalam mewujudkan kemerdekaan, semangat ini
terpantik pasca peristiwa sumpah pemuda. Selanjutnya mengenai faktor penamaan.
Ketika mendengar kata “hari ibu”, orang awam pasti akan mengartikan bahwasanya
hari itu adalah suatu waktu untuk memperingati seorang ibu, bentuk peringatan
ibu diwujudkan dalam pemberian kasih sayang mengingat jasa yang telah ibu
berikan kepada seorang anak. Hari itu dianggaplah momentum yang pas untuk
mengungkapkan kasih sayang seorang anak kepada ibunya. Faktor berikutnya
mengenai pengaruh tradisi barat, hal ini bisa dilihat pada hari-hari khusus
seperti valentine day. Fenomena hari ibu
dipersepsikan seperti valentine day atau hari kasih sayang yang seolah-olah ada
hari khusus untuk momen antar personal yang dalam hal ini antara ibu dan anak.
Pergeseran paradigma
tersebut menimbulkan action yang berbeda dari kalangan pemuda saat ini. Hal ini
terlihat maraknya pengucapan selamat hari ibu melalui sosial media seperti
facebook, instagram dan media lainnya. Tak sedikit pula, yang merayakan hari
tersebut untuk quality time bersama ibunya. Tak ada yang salah dengan kegiatan
tersebut hanya saja tidak sesuai jika hal itu dilakukan sebagai implementasi
dari tanggal 22 Desember.
Perlu adanya
pelurusan makna terkait hari ibu. Hal ini dapat dilakukan melalui sosialisasi
dalam pendidikan. Peran guru diharapkan mampu memberikan pemaparan yang sesuai
terkait sejarah hari ibu kepada para peserta didik. Melalui mata pelajaran yang
terkait, pendidik dapat menyisipkan hal itu sehingga siswa tidak salah kaprah
memaknai hari ibu yang sebenarnya. Selanjutnya dapat diupayakan melalui
penyertaan kalimat penjelas dalam pemberitaan media massa. Pemberitaan hari Ibu
menjadi topik hangat pada saat tanggal berlangsungnya, namun karena pergeseran
paradigma tersebut, pemberitaan yang dimuat pun berisi materi hubungan personal
antara anak kepada ibunya. Hal ini hendaknya disikapi dengan pelurusan makna
hari ibu dengan menyertakan kalimat penjelas misalnya “Kontribusi di Hari Ibu
(Hari Kebangkitan Kaum Perempuan)”. Dengan adanya headline dan sedikit kalimat
penjelas tersebut setidaknya membuat pembaca mengerti bahwa hari ibu merupakan
hari kebangkitan perjuangan kaum perempuan untuk mengambil peran dalam
mewujudkan kemerdekaan.
Pelurusan paradigma
hari ibu menentukan aksi apa yang dilakukan oleh kaum perempuan, bukan lagi
sebatas ucapan selamat seorang anak kepada ibunya, namun perlu adanya
pemikiran-pemikiran kaum perempuan untuk mengkaji permasalahan-permasalahan
yang ada saat ini seperti permasalahan skala besar yaitu kesiapan Indonesia
dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Berangkat dari permasalahan
ini, para kaum perempuan dapat menentukan kontribusi apa yang akan diberikan
untuk masyarakat sekitarnya terlebih dahulu, ataupun mengkaji permasalahan yang
skalanya lebih kecil yang berada di sekeliling mereka lalu menentukan solusi
dan melakukan action untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Paradigma menjadi
permasalahan yang penting dalam hal ini karena mempengaruhi arah tindakan yang
akan dilakukan. Pelurusan paradigma hari ibu menjadi hal yang urgent, agar hari
ibu bukan lagi dimaknai sebagai hari untuk berkata-kata sayang kepada sang ibu,
namun dimaknai sebagai hari dimana tonggak awal perjuangan kaum perempuan yang
wajib kita lanjutkan perjuangannya pada saat ini. Hari ibu bukan lagi dimaknai
sebagai hari kasih sayang antara anak kepada ibunya, namun hari kasih sayang
yang diberikan para kaum perempuan untuk rakyat negeri melalui perjuangan nyata
yang dapat dilakukan saat ini.
*Tulisan dari Ari Setiawati - Sekertaris Departement PO BEM FIS 2016,
Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FIS Unnes 2013
BACA JUGA
loading...
Labels:
Opini
Thanks for reading Valentine, Pergeseran Paradigma Hari Ibu. Please share...!
0 Comment for "Valentine, Pergeseran Paradigma Hari Ibu"