loading...
RADARKAMPUS.COM, Semarang - Catatan yang
Terlupakan Sang Pemimpi, “Tulislah mimpi-mimpimu agar kau selalu
mengingatnya”. Masih teringat jelas dalam ingatanku kata seorang trainer
ESQ yang pernah kuikuti ketika aku duduk diawal kelas 12 SMA di salah satu
sekolah negeri di Cilacap.
***
Malam
setelah itu pulalah ku mencoba untuk sedikit demi sedikit menuliskan
mimpi-mimpiku dalam secarik kertas yang hingga detik ini masih sangat kuingat,
aku menuliskan 31 mimpi-mimpi kecilku. Yang pada saat itu kumenuliskannya
dengan judul “Mimpi-mimpiku !”, pemikiranku mulai bercabang ketika harapan dan
asa terbelit maka pada saat itu pulalah ku putuskan goal setting yang jelas dalam penulisan mimpi-mimpiku itu.
Teringat aku pernah bertanya pada ibuku, “Ibu
kalo aku melanjutkan kuliah bagaimana?”. Di saat musim kemarau yang
berkepanjangan dan banjir tatkala musim penghujan di tiap tahunnya, pada saat
itu ibu dan ayahku yang bekerja sebagai seorang petani, yang hanya mengandalkan
setiap jerih payahnya dari sebuah tanah penggarapan berkata sambil mengusap
dada “Nak, biarpun ibu menjual tanah
sawah yang ada, hal itu belum tentu mencukupimu hingga kau lulus nanti,
cita-citamu indah nak, maafkan ibu, ikutilah jejak kakakmu untuk bekerja
terlebih dahulu nanti setelah itu lanjutkan keinginanmu untuk melanjutkan
kuliah ibu akan selalu mendukungmu.” Dari situlah aku mulai mencoba menata
diri dari keegoisan yang ada, terkadang orang sering menilai dari apa yang
mereka lihat di luar tanpa mereka pernah tahu bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya, dan hal itulah yang selama ini kulakukan melihat orang tua saya
hanya sebelah mata, tanpa memikirkan betapa mereka telah bekerja keras hingga
saya berada pada posisi yang sekarang ini dengan menuntut ini itu. Dari situlah
saya memahami betapa tidak orang tua saya sudah bekerja keras dalam mencukupi
kehidupan sekolah saya dari dasar hingga menengah saat itu. Dalam benak dan
pikiranku pada saat itu ialah bagaimana
saya dapat cepat lulus SMA dan mendapatkan pekerjaan sehingga dapat membantu
orang tua hingga melanjutkan mimpi-mimpiku. Hidup memang pilihan dan
inilah pilihan hidupku untuk itu aku menempatkan mimpiku untuk berkuliah pada
deret.
***
Ketika hampir semua orang berkata dan
berdalih, “hidup berawal dari mimpi”, tapi tidak halnya dengan saya karena bagi
saya hal itu tidaklah logis dalam nalar, karena bagi saya “mimpilah yang
berawal dari hidup”. Akhirnya
disinilah sekarang aku berada, di tempat yang tidak pernah kubayangkan, memakai
almamater yang tidak berani kuinginkan. Menjadi bagian dari keluarga besar UI,
sebuah kata yang tidak pernah berani melintas di benakku. Kawan. Aku tidak
pernah berharap kalian merasakan apa yang kurasakan, aku hanya ingin kalian
tahu. Bahwa mimpi yang tak bisa kalian jawab, pasti akan terjawab, walau sering
tidak sama sedikitpun dengan cara yang diharapkan. Tapi yakinlah, Tuhan selalu
punya rencana indah di setiap pilihan yang kau ambil. Jangan takut gagal karena
yang dibutuhkan seseorang untuk mimpi-mimpinya hanyalah percaya. Jangan pernah
takut mencoba karena kau tidak akan pernah tahu sebelum kau mecobanya. Aku tak bisa berkata apa-apa, melihat
kebahagiaan kedua orang tuaku. Melihat mimpiku yang kini menjadi nyata, mimpi
yang tak pernah berani aku ungkapkan pada dunia. Mimpi yang tak seharusnya aku
tutupi dari orang lain. Sekarang aku sadar kalau semua itu memang berasal dari
mimpi. Mimpi yang bukan hanya sekedar mimpi, mimpi yang harus segera
diwujudkan, bukan dibiarkan tetap tidur bersama angan-angan semata. Aku pun
tersadar sekarang kalau tak ada satupun hal yang mustahil dalam hidup ini, aku
masih memiliki Allah. Tuhanku yang tak pernah tidur, yang selalu mau
mendengarkan mimpi kecil kita. Aku tak akan menyia-nyiakan amanat besarmu ini
Tuhan. Aku tersenyum mengingat semua pengorbanan aku dan kedua orangtuaku demi
mimpi manis ini kemarin. Terimakasih meja kecilku yang setia menemaniku merogoh
mimpi ini. Terimakasih Tuhan mengijinkanku merajut asa ini untuk meraih impian.
BACA JUGA
loading...
0 Comment for "Catatan yang Terlupakan Sang Pemimpi"