loading...
Source: listrik.org |
RADARKAMPUS.COM, Semarang - Pemerintah
telah menetapkan 109 proyek yang masuk
dalam program pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 MW, selama
periode 2015 hingga 2019, hal tersebut sebagaimana tercantum dalam Keputusan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 0074.K/21/MEM/2015, tentang
Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN Tahun 2015-2024
(pln.co.id).
Proyek-proyek tersebut,
antara lain pembangunan pembangkit listrik yang berada di Jawa-Bali (18.697
MW), Sumatera (10.090 MW), Sulawesi (3.470 MW), Kalimantan (2.635 MW), Nusa
Tenggara (670 MW), Maluku (272 MW), dan Papua (220 MW). Program infrastruktur
pembangkit listrik sebesar 35.000 MW, dibagi dua yaitu oleh 35 proyek oleh PLN
dengan total kapasitas 10.681 MW dan 74 proyek oleh swasta/Independent Power
Producer (IPP) dengan total kapasitas 25.904 MW.
Proyek pembangkit listrik
oleh PLN yang sudah selesai pelelangan dan sudah tahap konstruksi sebesar 2.301
MW, contohnya PLTA Upper Cisokan, Jawa Barat (1040 MW), Proyek pembangkit listrik oleh swasta/Independent
Power Producer (IPP) yang sudah selesai
pelelangan dan sudah tahap konstruksi sebesar 9.348 MW, contohnya antara lain PLTU
Jawa 1 Cirebon ekspansi (1x1000 MW), dan PLTU Jawa-7 Banten (2x1000 MW).
Meski sudah dimulai proses
pembangunannya, belum tentu pembangkit akan mulai operasi dalam waktu dekat
karena biasanya proyek infrastruktur pembangkit listrik jika lancar akan
berjalan sekitar 4 sampai 5 tahun. Sebagian besar pembangkit program 35.000 MW
baru akan mulai beroperasi pada tahun 2018-2019. Selanjutnya pada tahun 2016 ini,
PLN menargetkan bisa menandatangani kontrak baru sebesar 15.533 MW sehingga
diharapkan bisa mempercepat akselerasi proyek pembangkit listrik 35.000 MW.
PLN telah menyiapkan 37
proyek pembangkit listrik untuk ditawarkan kepada investor dalam enam bulan ke
depan. Rinciannya, sebanyak 19 proyek berkapasitas 8.368 MW dalam proses lelang
dan 18 proyek sisanya sebesar 7.165 MW pada tahap pengadaaan yang lokasinya
tersebar dari Sumatera sampai Nusa Tenggara Timur.
Proyek-proyek yang
dikerjakan oleh PLN yang pengadaannya masih akan dibuka untuk pelelangan
sebanyak 27 proyek dengan total 8380 MW, Proyek oleh Swasta/Independent Power
Producer (IPP) masih akan dibuka untuk pelelangan sebanyak 37 proyek dengan total 10.908 MW, sedangkan
proyek dengan mekanisme penunjukkan langsung sebanyak 16 proyek dengan total 5648
MW (pln.co.id).
Estimasi Optimalisasi Target
Pembangkit Listrik 35000 MW
Proyek-proyek oleh PLN yang
akan dibuka pelelangan tersebut diestimasikan akan mendekati target sampai
tahun 2019 yaitu proyek yang sudah ekspansi atau perluasan pembangkit
sebelumnya maka diprediksi akan berjalan lancar prosesnya karena sudah ada pembangkit
listrik di daerah tersebut sebelumnya sehingga resistensi masyarakat tidak
terlalu tinggi seperti di daerah baru yang belum pernah dibangun sama sekali
walaupun bukan jaminan karena era infomasi sekarang sudah cepat terutama isu
lingkungan bisa jadi penghambat proyek ini. Dengan alasan ini maka bisa kita proyeksikan
estimasi sekitar 80 % pencapaiannya. contohnya antara lain PLTU Indramayu 4 (
1000 MW), dan PLTGU Jawa 2 Tanjungpriok (800 MW), dengan total daya pembangkit
sekitar 3207 MW maka estimasi tercapai yaitu sekitar 2565 MW.
Sedangkan kemungkinan proyek-proyek
pembangkit listrik yang baru pertama di lokasi derah tersebut, diestimasikan
mencapai target 60% dari total pembangkit karena adanya hambatan masyarakat
dalam masalah pembebasan lahan dan perijinan di daerah yang lama. Proyek-proyek
itu contohnya antara lain, PLTGU Makasar (450 MW), dan PLTGU Sulsel (450 MW), dengan
total 2245 MW maka kita proyeksikan kemungkinan tercapai sekitar 60% yaitu 1347 MW.
Proyek-proyek pembangkit
yang statusnya tersebar meliputi PLTG mobile, PLTMG tersebar, PLTG tersebar,
dan PLTM tersebar dengan total 2980 MW diestimasikan tercapai 30% dari target
yaitu sekitar 894 MW karena lokasinya yang tersebar dan banyak hambatan dari
awalnya.Sampai sekarang juga belum ada informasi baru juga tentang ini.
Proyek pembangkit listrik
oleh Swasta/Independent Power Producer (IPP) masih akan dibuka untuk pelelangan
sebanyak 37 proyek dengan total 10.908
MW dengan pembangkit berkapasitas diatas 500 MW contohnya antara lain PLTGU
Jawa-1, Jawa Barat (2x800MW) dan PLTGU Jawa-3 Jawa Timur (1x800MW), sedangkan
pembangkit lainnya kapasitasnya dibawah 500 MW, Kita proyeksikan estimasi
sampai tahun 2019 yaitu proyek yang terlaksana sekitar 60 % pencapaiannya yaitu
6545 MW.
Proyek dengan mekanisme
penunjukan langsung sebanyak 16 proyek dengan total 5648 MW contohnya antara
lain PLTU Jawa-4 Exp Tanjungjati Jawa Tengah (2x1000MW), dan PLTU Jawa-8,Exp
Cilacap (1x1000 MW), sedangkan pembangkit lainnya kapasitasnya lebih kecil.
Proyeksinya diestimasikan sampai tahun 2019 yaitu proyek yang terlaksana
sekitar 70 % pencapaiannya yaitu sekitar 3954 MW
Kendala dan Solusi
Optimalisasi Target Program Pembangkit Listrik 35000 MW
Program proyek pembangkit
listrik 35000 MW ini pada tahun 2019 kemungkinan tidak akan mencapai target dilihat
asumsi proyeksi dari perhitungan diatas. Optimalisasi kapasitas pembangkit yang
dicapai kemungkinan hanya sekitar 26.954 MW.
Target proyek pembangkit
listrik 35000 MW ini bisa jadi kemungkinan besar tidak tercapai karena ada
beberapa hambatan yaitu masalah pengadaan lahan, pembiayaan, perizinan, masalah
tata ruang dan masalah hukum yang mungkin terjadi pada proyek ini. Pengadaan
lahan jadi hambatan besar dari masyarakat jika proses sosialiasinya kurang berhasil.
Perijinan di daerah juga jadi hambatan kedua untuk proyek tersebut dimana pada
era otonomi daerah pada sekarang ini banyak sekali perijinan di daerah yang tumpang
tindih dengan peraturan pusat.
Persoalan tersebut persoalan
sangat serius yang harus diperhatikan pada proyek pembangkit 35.000 MW yang
dikerjakan lima tahun ini. Pemerintah harus optimistis dengan target tersebut, karena
pada masa pemerintahan sekarang sudah dicanangkan harus terealisasi. namun
harus pula memperhatikan fakta-fakta yang ada karena kendala teknis dan hukum
harus segera cepat dibereskan tanpa menabrak aturan yang berlaku sehingga
proyek bisa berjalan lancar. Sistem distribusi jaringan listrik juga harus
perlu diperhatikan serius karena berkaitan langsung dengan rangkaian distribusi
pembangkit listrik 35.000 MW tersebut. sehingga diharapkan tidak menghambat dan
menunjang kelancaran percepatan proyek
ini.
Optimalisasi proyek
pembangkit lisrik 35.000 MW ini dapat dilakukan dengan cara antara lain dengan menghilangkan
hambatan-hambatan besar dan kecil dalam pembebasan lahan, mempercepat proses
pengadaan baik melalui tender dan
penunjukan langsung, memangkas perizinan dan birokrasi yang rumit,
tumpang tindih atau malah saling bertentangan di daerah-daerah, memastikan
kinerja swasta Independent Power Producer (IPP) dan kontraktor andal dan
terpercaya melalui penerapan uji tuntas, ketat dan terukur, menyediakan proses
negosiasi harga dengan menetapkan harga patokan menarik untuk swasta terutama
untuk pembangkit listrik dari energi baru terbarukan seperti energi panas bumi,
melakukan koordinasi yang harmonis antar stakeholder terkait baik di pusat
maupun daerah, dan mengawal dan mengawasi proyek secara ketat dan terukur sesuai
target yang dijadwalkan sehingga potensi kegagalan proyek bisa diminimalisasi.
Masalah isu konservasi
lingkungan dan pencemaran udara juga bisa menjadi masalah tidak ringan dalam
proyek pembangkit listrik 35.000 MW ini dimana hampir sebagian besar bahan
bakarnya menggunakan batubara. Proses pembakaran batubara dari pembangkit
listrik akan menghasilkan emisi gas CO2 dalam jumlah tinggi. CO2 adalah gas
utama yang menyebabkan gas efek rumah kaca. Pelepasan gas rumah kaca yang
berlebihan akan menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pengembangan
PLTU dengan Clean Coal Teknologi (CCT) bisa menjadi salah satu solusi masalah
lingkungan ini.
Selain itu optimalisasi
energi baru terbarukan (EBT) untuk pembangkit listrik harus menjadi prioritas
karena bersifat bersih, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Indonesia yang
mempunyai cadangan panas bumi sekitar 40% dari cadangan dunia merupakan potensi
sangat besar yang harus menjadi prioritas energi pembangkit listrik di masa
depan. Begitu juga dengan potensi energi baru terbarukan lainnya seperti energi
matahari, angin, mikrohidro, biomassa, pasang surut dan gelombang laut akan
menjadi energi masa depan Indonesia.
Penulis : Rakhmadi
Sulistyanto, ST merupakan Praktisi Geologi dan Mahasiswa Program Studi Magister
Energi, Pascasarjana, Universitas Diponegoro
BACA JUGA
loading...
0 Comment for "Program Pembangkit Listrik 35.000 MW- Antara Optimalisasi dan Pesimisme Target Pemerintah"