Soe Hok Gie Sang Aktivis Romantis

loading...
RADARKAMPUS.COM I Di suatu senja dibawah langit yang mendung namun masih memancarkan sinar matahari yang enggan tenggelam, aku ingin berkisah tentang seorang anak manusia. Seorang anak manusia yang berasal dari kaum minoritas (Kaum Tionghoa) tapi mempunyai gagasan dan cita-cita yang besar dalam dirinya tentang bangsa ini, dia bernama Soe Hok Gie seorang putra dari Soe Lie Piet anak keempat dari lima bersaudara.
 
Soe Hok Gie kecil sudah sangat gemar membaca karya-karya sastra dari buku maupun artikel di majalah atau koran. Ayahnya yang seorang novelis juga menjadi bagian tak terpisahkan membentuk karakter berjiwa sastra dalam dirinya, sastra sudah meraskui jiwanya yang haus akan ilmu dan pengetahuan. Disaat teman seusianya banyak menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman sebayaknya, Gie lebih memilih untuk menghabiskan waktunya untuk membaca di dalam kamarnya atau perpustakaan umum di dekat rumahnya, karena dengan membaca kata demi kata ilmu-ilmu itu akan dia peroleh dalam setiap makna yang tersirat di balik setiap kalimat, baginya ilmu lebih luas ketika kita hidup langsung di masyarakat dan tidak tepaku dari dalam dinding-dinding ruang kelas.

Di sekolahpun saat menjadi murid SMA Kolese Kanisius, Gie memilih masuk dalam jurusan sastra, ia tak peduli dengan kakak-kakaknya yang mengambil jurusan Ilmu Alam yang dianggap banyak orang lebih bergengsi. Gie mempunyai prinsip ketika menentukan sebuah pilihan, maka pilihlah sesuai dengan panggilan hati nurani dan tak peduli dengan pendapat orang lain. Ini merupakan sebuah nilai yang patut kita pelajari dari Gie tentang arti sebuah prinsip.

 Disaat sekolah dia merupakan murid yang disegani oleh guru-gurunya karena selalu menyampaikan kritikanya secara tegas dan lugas tanpa pandang bulu, bahkan dengan lantang kepada orang-orang yang dinggapnya keliru. Saat Gie masih duduk di bangku SMP, dia pernah tinggal kelas karena memprotes kebijakan dari gurunya dan dia memilih untuk "Lebih baik diasingkan daripada hidup dalam kemunafikan" lantas dia memilih untuk pindah sekolah untuk melanjutkan pendidikanya.

Saat lulus SMA,Gie memilih untuk melanjutkan studi di Universitas Indonesia, Fakultas Sastra, Jurusan Sejarah sesuai dengan bakat dan minatnya terhadap karya sastra.Ia juga aktif di berbagai forum diskusi, lembaga pers mahasiswa dan pencinta alam. Bagi Soe Hok Gie dunia mahasiswa adalah tentang buku, pesta, dan cinta, masing-masing menjadi simbol hasrat intelektual, interaksi sosial, dan pencarian idealisme.

 Pers merupakan wadah bagi Gie untuk menuangkan segala gagasan dan keresahan yang selalu muncul dalam hati dan pikiranya,terutama yang menyangkut tentang sosial masyarakat karena Gie adalah sosok yang sangat empati terhadap segala hal yang "unfair"(tidak dil). Tulisannya banyak terbit di koran Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya dan kebanyakan adalah berisi tentang kritikanya terhadap segala bentuk kebijakan orde lama yang saat itu Soekarno sebagai presidenya.

Menjadi penulis adalah sebenar-benarnya pejuang, setiap kata yang ditulis dapat menjadi senjata mematikan bagi yang membaca dan setiap tinta yang ditorehkan mampu menjadi peluru yang dapat menembus ulu hati orang yang dimaksud. Penulis adalah sebenar-benarnya seorang aktivis, dia berjuang tanpa turun ke jalan. Tulisan-tulisan Gie memang sangat tajam dan pedas dan mampu menjadi alat propaganda arus bawah untuk melawan penguasa saat itu,sehingga Gie adalah sosok yang menjadi perhatian bagi para penguasa karena sifat kritisnya terhadap kebijakan pemerintah yang ia anggap melenceng dari cita-cita pendiri bangsa.

Sosok Gie juga sangat akrab dengan alam, Ia merupakan pendiri MAPALA UI sebuah lembaga yang memang diperuntukan kepada mahasiswa yang mencintai alam.Bagi gie mencintai Indonesia dengan mengakrabi setiap jengkal tanahnya dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah Gie suka naik gunung.” 
Kaum muda identik dengan perlawanan dan kebebasan untuk menyampaikan hasrat dalam dirinya. Kaum muda dikenal dengan semangatnya yang membara dengan usia yang relatif "belum matang". Seorang pemuda akan berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari sebuah pengakuan atas jatidirinya. bahkan presiden Soekarno mengatakan "Beri aku 10 pemuda,maka aku goncangkan dunia". Begitu sakralnya menjadi seorang pemuda yang dipunggungnya terdapat banyak sekali harapan untuk dapat merubah realita.

Gie merupakan panutan ideal bagi kaum pemuda yang masih terombang-ambing dengan segala ketidakpastian akan jatidirinya. Gie memberikan pilihan untuk menjadi seorang pemuda yang berjuang dengan segala daya upaya sehingga dapat memberikan kebermanfaatan bagi banyak orang. Gie memilih untuk menjadi seorang aktivis yang konsisten memperjuangkan hak-hak rakyat yang ia bela. Dari Gie kita belajar tentang nilai-nilai kejujuran, keteguhan hati, setia, empati, pejuang, kritis, dan tentunya romantis.

Bagi Gie menjadi seorang aktivis adalah tentang rasa empati,rasa empati harus menjadi pegangan bagi seorang pemuda yang memilih jalan perjuangan untuk menjadi pilihan hidupnya. Dengan merasakan dan memandang dari sudut pandang orang lain, maka kita akan mengerti jeritan hati kaum minoritas.

Walau Gie dikenal dengan aktivis yang lantang berorasi di jalanan dan lewat tulisan kritisnya di berbagai surat kabar,namun di dalam dirinya ia adalah sosok yang sangat romantis. Sastra mengajarkan kita untuk menjadi seorang yang romantis terutama lewat tulisan. Tak hanya mahir menulis di berbagai koran dan artikel. Gie juga sangat pandai dalam menyusun rima dan pemilihan diksi kata sehingga kalimat itu sangat indah untuk dibaca. Setiap puisinya mempunyai makna yang sangat dalam terutama soal kehidupan dan cinta, ketika kita membaca tak akan pernah melewatkan kata demi kata yang ditulisnya. Sebuah pesan tersirat di dalam setiap karya sastranya mampu membius para pembaca yang bertanya tentang maksud yang tertulis. 

Ia berprinsip bahwa sebuah perasaan tak perlu diungkapkan dan hanya dituangkan dalam puisi dan sajak yang ia tulis, karena sudah merasakan cinta yang tulus saja sudah cukup baginya untuk memenuhi hasrat dalam hatinya, Sebagai kaum muda, Gie merupakan idola sekaligus panutan bagi penulis dalam setiap perjuanganya.Selamat jalan Gie, sosok aktivis romantis yang memilih mati muda dalam hidupnya


*Tulisan dari Hanendya Disha Randy Raharja Fisika Unnes 2011
BACA JUGA
loading...
Labels: Inspirasi, Opini

Thanks for reading Soe Hok Gie Sang Aktivis Romantis . Please share...!

0 Comment for "Soe Hok Gie Sang Aktivis Romantis "

Back To Top