loading...
Foto Muhammad Kasyfan
RADARKAMPUS.COM
| Kemajuan. Pada hari ini kita
temui fenomena tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang begitu
pesat. Tak mengherankan jika
banyak ditemukan hal-hal baru yang memudahkan seseorang dalam melakukan sesuatu.
Fenomena yang telah berlangsung
beberapa tahun belakangan ini tersebut,
telah menciptakan satu kebiasaan atau lebih pada sejumlah kalangan muda, tua
bahkan anak-anak.
Bahkan, hari ini banyak ditemui anak-anak
berusia dibawah 5 tahun telah disibukkan dengan gadget canggihnya. Terutama, gadget
canggih yang menawarkan berbagai permainan-permainan seru khas anak-anak. Dahulu
kita mengenal anak di usia itu sedang asyik dengan dunia permainan yang nyata, dapat berkumpul, dan berlari sehingga melatih
kecerdasan emosional, sebut saja gobak
sodor salah satunya. Ketangkasan dan kecerdikan juga ditawarkan oleh permainan
tradisional itu, tidak kalah dengan permainan maya dalam gadget meskipun
menawarkan hal yang hampir sama dalam soal menyenangkan. Namun ,yang berbeda
adalah kebersamaan tidak didapatkan lewat permainan yang maya itu.
Pada hari ini para remaja telah disibukkan dengan media
sosial. Ajang pembuktian keunggulan diri menghiasi setiap beranda media sosial.
Keunggulan diri yang dimaksud adalah bersibuk ria dengan gaya hidup yang
hedonis. Sehingga memicu teman-teman sebayanya bahkan diluar teman yang
dikenalnya mencoba mencapai kesetaraan untuk berada pada posisi yang sama. Jelas hal ini berakibat pada gengsi
yang semakin tinggi. Sifat gengsi yang muncul ini disebabkan suatu proses
persaingan yang tidak mampu dimenangkan sesuai ekspetasi. Memang bisa dikatakan
wajar jika hal ini terjadi di kalangan remaja yang masih dalam masa-masa
pencarian jati diri (hanya pada usia tertentu). Tapi, bila berlebihan melewati
usia yang tidak seharusnya akan menjadi suatu kebiasaan yang kemudian naik menjadi perilaku yang tetap. Persaingan ini benar-benar
menjadi persaingan yang tidak penting karena masih ada persaingan yang jauh lebih
penting dan menghebatkan, yakni akademik atau non-akademik di masanya. Orientasi
yang mulai berpindah lebih mengarah pada hal-hal yang menghebatkan secara
akademik maupun non-akademik merupakan kondisi yang sebenarnya perlu, bahkan
harus, untuk
peningkatan kapasitas diri di usia remaja.
Perubahan perilaku kalangan dewasa dan orangtua merupakan bagian yang tidak
kalah penting. Hal ini
manyangkut soal menerima suatu kemajuan atau perubahan. Teknologi yang hadir hari
ini memang berbeda dengan teknologi yang pernah ada di zaman masih remaja
bahkan anak-anak di kalangan orangtua dan dewasa hari ini. Meskipun rentang
waktu hanya berkisar 10-20 tahun namun kemajuan teknologi berjalan begitu
dinamis yang ditandai dengan munculnya perangkat-perangkat baru dengan
kecanggihan yang khas, yang berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya. Kemajuan
ini tidak terbendung sehingga memaksa kalangan dewasa dan orangtua hari ini untuk
menyesuaikan diri dan menerima setiap perubahan berbasis teknologi meskipun tak
jarang masih ada kalangan dewasa dan orangtua tersebut gaptek (gagap teknologi).
Bukan hanya soal gaptek
menjadi persoalan melainkan lebih dari itu. Ketidaksanggupan menerima perubahan
secara bijak ini dilatarbelakangi karena kepahaman yang belum cukup tentang
bagaimana seharusnya memanfaatkan teknologi sesuai usianya. Sehingga tidak
heran sering bermunculan dalam beranda media sosial kalangan dewasa dan
orangtua tak kalah bersaingnya dengan eksistensi kalangan usia remaja. Fenomena
ini sering orang awam menyebutnya puber
kedua atau kekinian. Sehingga mereka
(red: dewasa dan orangtua hari
ini) disibukkan dengan hal-hal yang tidak perlu karena mereka telah masuk pada
babak baru dimana tanggungjawab semakin besar, bukan lagi soal diri sendiri
namun juga tanggungjawab moral kepada masyarakat dan lingkungan. Membangun
lingkungan sekitar menjadi lebih baik misalnya bersama-sama warga lainnya
menggalakkan usaha-usaha yang positif untuk kemajuan bersama.
Fenomena sosial hari ini menjadi tanggungjawab bersama.
Dengan adanya kemajuan teknologi seharusnya tidak diartikan bahwa dengan adanya
ini akan berakibat pada hal-hal yang positif saja, justru membawa sisi negatif
yang tidak terlihat secara
kasat mata,
karena efeknya adalah jangka panjang. Membentuk pribadi yang apatis, anti
sosial, egoisme yang tinggi, menutup diri dari berbagi, dan emosional tinggi
adalah cetakan, akibat sisi negatif yang di timbulkan kemajuan teknologi hari
ini. Sehingga perlu untuk dipahami secara baik dan benar bagaimana menyikapi
kemajuan dengan seimbang. Hal inilah yang akan menjawab kemajuan yang mulai
melenakan kebanyakan orang hari ini. Membangun pola pikir yang sederhana untuk
mengerti tantangan dari kemajuan yang terjadi dan mulai menguraikan.
Tidak siap menerima perubahan berdampak pada kondisi 360
derajat dari kondisi semula. Baru-baru ini muncul berita bahwa beberapa
pedagang mengeluhkan barang yang dijualnya mengalami penurunan. Kemudian
terdengar kabar juga beberapa pedagang menutup gerainya karena tak mampu lagi
bersaing sehingga karena beban hutang akhirnya memilih untuk gulung tikar. Ada
lagi kasus lain, dimana ini cukup memberikan kesan banyak orang yang
menyayangkan, yaitu tutupnya perusahaan Nokia yang pada beberapa tahun yang lalu
menguasai pasar telepon genggam di dunia hari ini tutup usia karena terlambat
dalam menyambut perubahan yang begitu cepat lajunya. Pembaharuan demi
pembaharuan berjalan dinamis yang menuntut kerja keras dan cerdas juga kreatif-inovatif.
Dalam press conference akuisisi Nokia
oleh Microsoft , CEO Nokia mengatakan,”
We didn’t do anything wrong, but somehow, we lost,” ujarnya sembari menahan
air mata. Perusahaan Nokia gagal dalam perubahan sehingga kehilangan kesempatan
untuk menjadi lebih besar dari pesaingnya, yang hari ini telah melesat jauh
meninggalkannya.
Kondisi yang harus dikembalikan dengan penyesuaian yang
tepat. Teknologi mungkin hari ini menjadi kebutuhan sangat penting bagi semua
kalangan hari ini. Perputaran uang dan informasi hadir melalui itu, sehingga semua
harus kembali pada menempatkan posisi yang sesuai dan tepat dengan kehadiran
teknologi hari ini. Tidak ada yang berharap bahwa kemajuan yang terjadi justru
menjadikan manusia Indonesia yang manja dan tertinggal. Atau menjadikan manusia Indonesia
yang apatis karena media sosialnya. Bahkan
tidak ada yang mengharapkan terbentuk manusia Indonesia
yang egois karena kepintarannya sehingga sulit untuk berbagi pada yang lainnya.
Maka sudah seharusnya di saat kemajuan teknologi ini
manusia Indonesia wajib menyadari peran-peran bagi lingkungannya. Tidak sekedar
gagasan dalam alam pikiran namun terlebih pada kenyataan di realitas lingkungan
sekitarmya. Menyadari untuk menjawab kemajuan yang mulai melenakan, bukan
mengutuk kemajuan dan melakukan antipasti terhadapnya. Karena kemajuan hari ini
tidak bisa ditolak, ia telah memaksa manusia yang hidup saat ini untuk
berproses cepat dan mampu bersaing ketat.
Itulah, yang harus dilakukan manusia Indonesia hari
ini.
Kondisi membalikkan keadaan yang lena kepada kondisi yang
sadar-menyadarkan, sadar atas apa yang perlu dan penting. Menyelaraskan antara
keinginan dan kebutuhan akan mengantarkan pada hasil yang optimal dan manfaat
yang terus-menerus. Menghilangkan sedikit egoisme pribadi atau kelompok untuk bersama-sama
memahami persoalan dan tantangan yang terus berubah wujudnya dan memerlukan
langkah-langkah antisipatif agar tidak tertinggal dari kompetisi zaman. Manusia
Indonesia perlu memulai untuk berpikir sederhana, menguraikan hal-hal yang
rumit agar mudah untuk dipecahkan menjadi solusi-solusi yang dapat digagas
secara kolektif. Hal-hal sederhana adalah pondasi, berbicara hal yang
fundamental artinya agar dapat melihat celah kecil dari suatu ketidakmungkinan.
Dan pada akhirnya, Manusia Indonesia adalah manusia yang tidak lena pada
kemajuan melainkan sadar atas realitas yang harus dijawab dengan peran-peran
terbaik dari masing-masing individunya.
*Tulisan dari Muhammad Kasyfan Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK Universitas Negeri Semarang angkatan 2012
BACA JUGA
loading...
Labels:
Opini
Thanks for reading Berpikir Sederhana : Menjawab Kemajuan yang Melenakan. Please share...!
0 Comment for "Berpikir Sederhana : Menjawab Kemajuan yang Melenakan"